diarydiar

bahagiakan hati dengan berbagi

Inspektur Vijay Syndrom

4 Komentar

gambar dari google

gambar dari google

Semakin pekan, FLP kami semakin menarik saja (FLP: Forum Lingkar Pekanan a.k.a. LQ, red). Entah karena Big-Bossnya yang keren atau karena anggota gank-nya yang semakin unyu-unyu (Big Boss: MR; anggota gank: Mutarabbi, red). Atau juga, karena di antara kami semua sudah semakin solid (‘solid’ berasal dari kata ‘sale’: jual, diubah ke bentuk kedua tambah ‘d’, menjadi pasif, artinya ‘terjual’.) Yah, saya pastikan anggota gank kami memang semakin ‘terjual’ (lho).

FLP terakhir membahas tentang ‘Trauma Persepsi’, seperti yang sudah saya buat di catatan sebelumnya berjudul ‘Trauma Persepsi (Belajar dari Kisah Nabi Musa dan Bangsa Yahudi)’. Bagi yang belum membaca bisa cek di daftar catatan saya, sebelum ada larangan membaca dari pemerintah. Adapun menu makanan yang menemani FLP  malam itu adalah martabak telor dan martabak kacang-cokelat (yummy), plus ada salah satu anggota gank yang membawa salak pondoh (eh, salak pondoh apa bukan ya? Pokoknya salak, sekantong kresek ‘kecil’). Jadi pada catatan ini kita akan membahas tentang bagaimana caranya membuat martabak telor isi kacang cokelat! (Woo ngawur! Lempar sendal..).

Jadi ceritanya, ketika membahas tentang trauma persepsi di surat Al Maaidah ayat 20-26, ada satu ayat yang menunjukkan karakter bangsa Yahudi, yang kami sebut sebagai ‘Inspektur Vijay Syndrom’. Makanan jenis apakah ini? Apakah rasanya sama seperti martabak telor? (tuing). Sebelum membahas lebih jauh, kita simak dulu ayat yang dimaksud:

Mereka berkata: “Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.” (Al Maaidah [5]: 22)

Inspektur Vijay Syndrom adalah syndrom atau penyakit yang dinisbatkan (halah bahasanya) kepada kebiasaan polisi di film India, yang biasanya mereka baru datang kalau kasus sudah selesai. Muncul nama ‘Inspektur Vijay’ sendiri hanyalah celetukan dari salah seorang anggota gank (namanya tidak usah kami sebutkan, amniyah), untuk menunjukan bahwa itu nama orang di film India. Kalau polisinya orang jawa mungkin akan kami beri nama Inspektur Poniman atau Inspektur Paijo Syndrom. Lol

Bisa dilihat pada ayat di atas, Kaum Yahudi sedemikian enggan menaati perintah Nabi Musa untuk masuk ke Palestina. Mereka baru mau masuk jika bangsa Palestina saat itu sudah keluar / pergi. Inilah yang kami sebut ‘Inspektur Vijay Syndrom’, karakter orang yang bisanya ‘cuci tangan’, datang di akhir episode, tanpa mau ada perjuangan sama sekali.

Sayangnya sindrom ‘Inspektur Vijay’ ini juga biasanya bisa didapati diantara kita (kita? loe aja kalee!). Ada juga orang-orang di masa kini yang berkarakter seperti ini. Mungkin penulis catatan ini juga salah satunya (nau’dzubillah). Ciri-cirinya jelas, biasanya dia baru datang ketika urusan sudah selesai.  Dalam halaqah misalnya, dia akan datang telat, bukan karena sibuk, tapi agar bisa menghindari hafalan Qur’an (glek!). Atau ketika diundang rapat, karena males dia bisa izin telat, kemudian mengatakan: “Afwan, saya izin telat ya, nanti saya mimpin do’a di akhir, ga apa-apa”. Sayangnya do’apun cukup dengan berkata: “Berdo’a mulai!”, “Selesai!”. Atau juga dalam kerja-kerja yang butuh orang banyak, dia baru datang ketika semua sudah beres, kemudian dengan PD pas datang dia berkata: “Gimana? Apa yang bisa dibantu?” Padahal sudah tau bahwa semua kerjaan udah selesai. Enaknya kan orang seperti ini kita pukul kepalanya pake martil (dung!).

Tulisan ini tentu tidak bermaksud membuat kita curigaan ya. Husnudzan sesama saudara harus tetap diutamakan. Kata AA Gym, jika saudaramu melakukan hal yang kamu anggap sebagai keburukan, maka buatlah 1001 alasan baik agar kamu tidak su’udzan kepada saudaramu itu. Jadi, ini dibuat bukan untuk menghakimi orang lain, tetapi untuk mengoreksi diri kita sendiri. Ketika kita sering izin telat, ga bisa hadir, ga bisa ikut bantu-bantu dan beraktivitas, atau dalam kegiatan lain yang serupa, pastikan bahwa itu memang berangkat dari prioritas dan hal yang bisa dipertanggungjawabkan, bukan berangkat dari kemalasan atau kebiasaan ‘cuci tangan’ saja. Hati-hati jika itu terjadi, jangan sampai Anda terserang ‘Inspektur Vijay Syndrom’.

WASPADALAH! WASPADALAH!

NB:

‘Inspektur Vijay Syndrom’ adalah istilah yang sudah menjadi hak cipta kelompok kami. Jika ada yang ingin menggunakannya mohon lapor kepada pihak berwenang. Jika ada yang menggunakannya tanpa izin, tidak akan dikenakan sanksi apapun. Lol

Penulis: Diar Rosdayana

Simple. Humble. Senang berteman.

4 thoughts on “Inspektur Vijay Syndrom

  1. Mbak Diar Syndrom 😛

Tinggalkan komentar